Selasa, 19 Juni 2012

Komentar Tokoh

Posted on April 9, 2012
—Sutardji Calzoum Bachri, Penyair
Bagi saya, puisi esai adalah puisi pintar. Yang dengan berbagai data, fakta, argumentasi, bisa memberikan kepintaran bagi pembacanya.
Boleh dikata, semua sajak (buku) ini mengandung tema perlawanan yang beragam.

—Ignas Kleden, Kritikus Budaya
Sajak Denny JA memperlihatkan wataknya yang menyimpang dari kebiasaan.
Percobaan yang dilakukan Denny JA layak mendapat apresiasi kita.

—Siti Musdah Mulia, Aktivis Perempuan
Saya menilai karya Denny JA ini luar biasa.
Ini sebuah protes sosial tapi dengan cara yang menyentuh hati.

—Mahfud MD, Ketua Mahkamah Konstitusi
Sangat Menarik! Bagus! Denny JA memadukan antara fakta dan fiksi. Fiksinya penuh imajinasi, faktanya berangkat dari pengalaman kita yang tragis.
Kita merasa ikut terbawa dalam emosi yang disampaikan. Saya sangat senang dengan kehadiran buku ini.

—Komarudin Hidayat, Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Puisi Denny JA punya sasaran, konteks yang jelas, dan disampaikan dalam bahasa yang tajam tapi lembut, lembut tapi tajam.
Menggugah emosi. Tidak indoktrinatif dan tidak mengguri.

—Jimly Asshidique, Tokoh Masyarakat
Ini puisi yang tidak lazim, puisi yang bernas. Berisi. Bukan hanya mengandung pesan cinta, tapi mengandung pesan sosial dan moral yang sangat mendalam.

—Bondan Winarno, Penulis & Wartawan Senior
Sekalipun Denny JA bukan penyair, tapi dia berhasil memilih kata yang indah. Saya sempat tersendat, dan mengeluarkan air mata di beberapa bagian puisinya.
Tapi di beberapa tempat dia menghentak dan mengejutkan. Kita kaget. Isinya kadang keras. Kadang kita tergelak…

—Mohamad Sobary, Essais dan Novelis
Ada kesadaran teori dan filosofis dari Denny JA untuk membela kelompok tertindas. Ia ekspresikan itu dalam bentuk yang tak lazim: puisi yang menyentuh

- Sapardi Djoko Damono, penyair
Buku puisi esai ini penting untuk dicatat dalam perkembangan puisi kita. Denny JA sudah menawarkan  suatu cara penulisan baru

- Hanung Bramantyo, Sutradara
Tidak pernah membayangkan ada yang mengangkat peristiwa Cikeusik ke dalam sastra. Puisi esai ini membuktikan keberanian itu.

- Putu Wijaya, Penulis, Seniman Teater
Tema puisi esai ini merupakan masalah kemanusiaan/hak azasi yang universal, hangat, aktual, menyangkut semua orang. Sesuatu yang bukan tak disentuh orang lain, tapi Denny JA membidiknya dengan sudut pandang yang indah, dengan kasih, tanpa memihak satu blok dan terhindar dari kebencian dan keinginan menang sendiri.
Denny JA sebenarnya bukan tak memihak, tapi pihak yang dipilihnya memuliakan harmoni, damai dan persaudaraan. Sudut pandang Denny JA di puisi esai ini bijak, taktis dan cerdas,mengandung nilai kebangsaan, tapi tidak chauvinistik.
Puisi Denny JA naratif, mudah dicerna oleh banyak orang.  Ia  menguasai pula jaringan paling panas sekarang: dunia maya.
Denny JA adalah sedikit dari begitu banyak orang yang punya uang di negeri ini, yang peduli kepada penderitaan batin masyarakat. Ia telah memberi kontribusi penting untuk pembangunan negeri kita lewat seni. Jangan berubah!

Kembali

Tidak ada komentar:

Posting Komentar